Kemajuan teknologi, khususnya
alat komunikasi dari tahun ke tahun semakin pesat. Sekarang sudah ada istilah
“generasi nunduk” entah darimana istilah ini muncul. Istilah “Generasi nunduk “
disematkan kepada remaja yang sibuk, asik sendiri bermain handphone tanpa
memedulikan sekitarnya, diajak ngobrol temannya yang disamping aja kadang nggak
ngeh, alias tiba-tiba jadi “tellme”, apa?
Efek negative teknologi ini yang
sering terlihat dengan kasat mata adalah ketika ada perkumpulan, rapat, acara,
ada saja yang tidak memperhatikan jalannya acara, tapi lebih asik dan sibuk
dengan handphonenya sendiri, entah yang dilakukan itu penting atau tidak
penting. Istilah sosialnya “menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh”.
Memang, kemajuan teknologi
informasi membuat seseorang dapat mengakses informasi dimanapun, kapanpun,
apapun dan bagaimanapun keadaannya, meskipun saat acara penting atau saat berbicara
“nyata” bukan “maya”. Inilah salah satu gaya hidup (life style) era
teknologi informasi saat ini. Ya, mungkin kalau ada orang yang tidak mengikuti
trend ini, dibilang “gaptek”, kuper dan sebagainya. Hari gini gak punya pin
bb, twitter, fb, whatsapp, dkk?
Kira-kira apa dampak yang lebih
buruk dari gaya hidup seperti ini? dimana generasi muda asik dengan kehidupan
mayanya, nembak dan mutusin pacar lewat hp, curhat lewat sosmed, seolah-olah
semua harus diupdate, termasuk hal tidak penting, menjadi penting, hal sepele
dibesar-besarkan, demam dan trend selalu bermula dan lebih popular dengan
fasilitas sosmed. Apa yang salah dengan kehidupan “nyata”? dan lebih memuja
dunia “maya”. Dampak yang paling berbahaya adalah generasi muda pemuja dunia
maya. finally, interaksi social kemasyarakatannya terganggu secara tidak
langsung.
Lalu, bagaimana baiknya merespon
perkembangan teknologi informasi ini? pertama, jangan menjauhkan yang
dekat. Interaksi social langsung bersama orang di sekitar kita adalah kebutuhan
dasar manusia sebagai makhluk social. Keluarga adalah utama. Kedua, jangan
terasing dengan lingkungan sekitar kita. Alangkah baiknya, apabila problematika
lingkungan sekitar diinformasikan ke masyarakat. Ketiga, memanfaatkan
secara baik media social.
Apakah anda pernah berbicara
dengan orang yang asik sendiri dengan kehidupan “maya”? apa responnya? Semoga
kemajuan teknologi social media tidak menggerus aktivitas dan interaksi
kehidupan social sesungguhnya.
0 komentar:
Posting Komentar